BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian tes
kepribadian
1. Pengertian
tes
Tes (kata
serapan yang berasal dari test) berakar dari kata bahasa latin testum,
yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Prancis kuno kata test berarti
ukuran yang digunakan untuk membedakan emas dan perak dalam logam-logam yang
lain.
Dalam
lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J.M Cattel pada
tahun 1890, dan sejak itu semakin popular sebagai nama metode psikologis yang
digunakan untuk menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu dari kepribadian
individu.
Sampai
sekarang belum ada keseragaman rumusan tentang apakah sebenarnya tes itu,
sehingga para pakar pun memberikan batasan atau definisi yang bermacam-macam.
Menurut
Sumadi Surjabrata Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau
perintah-perintah yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan atau melakukan perintah-perintah itu
penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standard
atau testee yang lain.
Dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa pokok pengertian:
a.
Tes adalah tugas atau serangkaian
tugas yang berupa pertanyaan-pertanyaan dan atau perintah-perintah.
b.
Tes itu diberikan kepada testee (seseorang
atau lebih).
c.
Perilaku testee dalam mengerjakan
tes itu dibandingkan dengan sesuatu, yaitu standard atau tingkah laku testee
lain. Dengan demikian berarti diukur.
2. Pengertian
kepribadian
Kepribadian
sering disebut juga personality. Istilah personality berasal dari kata latin
“persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai
oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku,
watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana
seseorang tampak pada orang lain. Sedangkan personality menurut Kartini Kartono
adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang
lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat,
pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu
mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Kepribadian
merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan
saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis
dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut
terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik
dan berbeda dengan orang lain.
3. Pengertian
tes kepribadian
Tes
kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau instrumen standar lainnya yang
didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, karakter maupun
ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian bukan tes untuk menjawab
pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Jawaban tes peserta digunakan
sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang konon merupakan kepribadian
dari peserta.
B.
Sejarah tes kepribadian
Asal-muasal tes kepribadian dimulai
sekitaran abad ke-18 dan ke-19. Pada waktu itu, kepribadian dinilai melalui
frenologi (ilmu yang mempelajari hubungan tengkorak dengan karakter manusia),
pengukuran tengkorak manusia, dan fisiognomi (ilmu membaca karakter seseorang
melalui wajah).
Pada akhir abad ke-19, Sir Francis
Galton mencoba pendekatan lain untuk menilai kepribadian seseorang. Galton
memperkirakan jumlah kata sifat dalam kamus bahasa Inggris. Hal ini akhirnya
disempurnakan oleh Thurstone menjadi 60 kata umum yang umum digunakan untuk
mendeskripsikan sifat kala itu. Melalui analisis faktor tanggapan dari 1.300
peserta, Thurstone akhirnya berhasil mengurangi 60 kata sifat tersebut menjadi
lima faktor umum.
Prosedur ini lalu dimanfaatkan oleh
Raymond Cattell yang juga menghasilkan data yang pada akhirnya menunjukkan
struktur lima faktor. Bekerja dengan para peneliti lainnya selama beberapa
decade menghasilkan dukungan tambahan untuk struktur lima faktor. McCrae dan
Costa mengoperasikan lima faktor kepribadian ke dalam ukuran yang disebut
NEO-PI, yang merupakan salah satu jenis tes kepribadian yang populer hingga
kini. Tes kepribadian lainnya yaitu Woodworth Personal Data Sheet yang
dikembangkan untuk Perang Dunia I sebagai tes untuk wajib militer baru.
C. Hakekat
tes kepribadian
Tes
kepribadian sering dibatasi sebagai tes yang bermaksud mengukur dan menilai
aspek-aspek non kognitif, artinya aspek-aspek yang bukan abilitas dan
‘kepribadian’ manusia. Aspek non kognitif ini sesuai dengan analisis faktor
banyak jumlahnya. Akan tetapi dalam konteks tes kepribadian cukup dibatasi pada
aspek pokok yang meliputi motivasi, emosi, dan hubungan sosial.
Tes
kepribadian sebenarnya berusaha mengungkap kehidupan testitif seseorang dalam
menghayati emosi, hubungan sosial, dan
motivasinya. Dalam mengungkapkan kehidupan testitif dan ciri-ciri khusus
kepribadian ini, agar testi dapat mengekspresikan kehidupan batinnya dan
memperoleh hasil yang dapat dipercaya, maka seringkali dalam tes kepribadian
itu ada kecenderungan menyembunyikan tujuan yang sebenarnya (disguished-testing).
Dengan demikian testi tidak mengerti maksud apakah di balik pertanyaan, tugas,
atau pernyataan yang harus ditanggapinya, sehingga tidak ada pilihan lain
kecuali mengungkapkan kehidupan testitifnya dalam derajat kejujuran tertentu.
Tes
kepribadian mencakup dua macam teknik, yaitu teknik self-reprot inventory, dan
teknik proyektif. Self-report inventory bersifat
“melaporkan keadaan diri sendiri” mengenai kehidupan testitif seseorang. Teknik
ini disebut berasumsi bahwa individulah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri dan individu itu mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk menyatakan
keadaan dan penghayatannya menurut apa adanya. Maka tes kepribadian yang
menggunakan teknik ini biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan yang meminta
tanggapan/respon dari testee yang jujur. Di antara
model tes yang termasuk dalam self-report inventory adalah Woodworth Personal
Data Sheet (PDS), Edwards Personal Preference Schedule (EPPS), Kuder Preference
Record Vocational (KPRV), Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB), dan Tes Minat
Belajar.
Kelemahan
teknik ini adalah :
a.
Terjadinya pemalsuan jawaban
b. Testee
memberikan respon dalam cara yang menurutnya dikehendaki oleh masyarakat.
c. Subjek memberikan respon menurut
kebiasaannya.
d. Subjek
memberikan respon yang ekstrim.
Berbeda dengan teknik inventory yang bersifat
terstruktur, maka teknik proyektif bersifat tidak terstruktur, sehingga
memungkinkan variasi respon dan seolah-olah membiarkan kehidupan khayal
individu bergerak sebebas mungkin. Salah satu ciri khas teknik proyektif
adalah bahwa struktur tes diberikan secara singkat dan seumum mungkin, sehingga
testi menafsirkan sesuai keinginan-keinginannya dalam memberi struktur pada
situasi yang diamatinya. Dengan demikian seolah-olah materi yang disajikan
dalam tes proyeksi merupakan layar terhadap mana pikiran, emosi, aspirasi
kehidupan pribadi, sosial serta motivasi seseorang dipantulkan (diproyeksikan). Teknik
proyektif memakai asumsi bahwa jika individu dihadapkan pada suatu rangsangan
yang kurang kurang atau tidak jelas strukturnya maka ia akan terpaksa member
struktur pada rangsang tersebut agar dapat memberikan makna. Sehingga
dengan demikian secara tidak sengaja ia memproyeksikan perasaannya dan isi
batinnya. Berdasarkan isi proyeksi tersebut tester dapat menginterpretasikan
kepribadian testee. Di antara tes yang termasuk ke dalam tes proyeksi
adalah tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Wartegg, tes Permainan.
Kelemahan
teknik ini adalah :
a.
Kemungkinan adanya pemalsuan respon.
b. Obyektivitas
yang kurang memadahi.
c. Tidak adanya
norma yang mantap.
d. Reliabilitas
yang rendah.
e. Validitas
yang kurang shahih.
D. Jenis
tes yang biasa digunakan
Membaca kepribadian adalah ilmu yang
sangat menarik. Sebab kita secara alami tertarik pada diri sendiri. Selain itu,
kita juga tertarik dengan hubungan sosial dengan orang lain, minimal dengan
pasangan kita. Mungkin kita pernah mendengar tipe-tipe kepribadian seperti
kholeris, sanguinis, melankolis & phlegmatis. Tipologi kepribadian tersebut
dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno bernama Hipokrates yang kemudian
dilanjutkan oleh Claudius Galen. Ilmu membaca kepribadian seseorang memang
bukan hal baru dan sudah dikembangkan beratus-ratus tahun lamanya. Namun,
sampai hari ini belum ada teori maupun alat (tes) yang bisa menjelaskan 100%
akurat mengenai kepribadian dan perilaku seseorang. Sebab manusia itu unik.
Hampir tidak ada manusia yang sama satu sama lain, walaupun mereka kembar
identik.
Terdapat berbagai macam jenis tes
kepribadian, namun yang umum digunakan yaitu :
1.
Tes MBTI (Myer Briggs
Type Indicator)
MBTI dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan
putrinya yang bernama Isabel Briggs Myers berdasarkan teori kepribadian dari
Carl Gustav Jung.
MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling
berlawanan (dikotomis). Walaupun berlawanan sebetulnya kita memiliki semuanya,
hanya saja kita lebih cenderung / nyaman pada salah satu arah tertentu. Seperti
es krim dan coklat panas, mungkin kita mau dua-duanya tetapi cenderung lebih
menyukai salah satunya. Masing-masing ada sisi positifnya tapi ada pula sisi
negatifnya. Nah, seperti itu pula dalam skala kecenderungan MBTI. Berikut empat
skala kecenderungan MBTI;
a)
Extrovert (E) vs. Introvert (I).
Dimensi EI melihat orientasi energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert
artinya tipe pribadi yang suka dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi
interaksi sosial, beraktifitas dengan orang lain, serta berfokus pada dunia
luar dan action oriented. Mereka bagus dalam hal berurusan dengan orang dan hal
operasional. Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka yang suka dunia dalam
(diri sendiri). Mereka senang menyendiri, merenung, membaca, menulis dan tidak
begitu suka bergaul dengan banyak orang. Mereka mampu bekerja sendiri,
penuh konsentrasi dan focus. Mereka bagus dalam pengolahan data secara
internal.
b)
Sensing (S) vs.
Intuition (N). Dimensi SN melihat bagaimana individu memproses data. Sensing
memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkrit, praktis,
realistis dan melihat data apa adanya. Mereka menggunakan pedoman pengalaman
dan data konkrit serta memilih cara-cara yang sudah terbukti. Mereka fokus pada
masa kini (apa yang bisa diperbaiki sekarang). Mereka bagus dalam perencanaan
teknis dan detail aplikatif. Sementara tipe intuition memproses data dengan
melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai
kemungkinan yang bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan
berfokus pada masa depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka
inovatif, penuh inspirasi dan ide unik. Mereka bagus dalam penyusunan konsep,
ide, dan visi jangka panjang.
c)
Thinking (T) vs.
Feeling (F). Dimensi ketiga melihat bagaimana orang mengambil keputusan.
Thinking adalah mereka yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa
untuk mengambil keputusan. Mereka cenderung berorientasi pada tugas dan
objektif. Terkesan kaku dan keras kepala. Mereka menerapkan prinsip dengan
konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan menjaga prosedur/standar.
Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta
nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka
berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering
terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan harmoni. Bagus dalam menjaga
keharmonisan dan memelihara hubungan.
d)
Judging (J) vs.
Perceiving (P).Dimensi terakhir melihat derajat fleksibilitas seseorang.
Judging di sini bukan berarti judgemental (menghakimi). Judging diartikan
sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta
senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak melompat-lompat). Mereka tidak
suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan. Mereka ingin merencanakan
pekerjaan dan mengikuti rencana itu. Mereka bagus dalam penjadwalan,
penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving
adalah mereka yang bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara
acak untuk melihat beragam peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak
masalah dan ketidakpastian membuat mereka bergairah. Bagus dalam menghadapi
perubahan dan situasi mendadak.
· Manfaat
MBTI
a) Bimbingan
dan konseling, MBTI sangat berguna di dunia pendidikan dan pengembangan karir.
MBTI bisa digunakan sebagai panduan untuk memilih jurusan kuliah sampai dengan
profesi yang cocok dengan kepribadian.
b) Pengembangan
Diri, Dengan MBTI kita bisa memahami kelebihan (Strength) diri kita sekaligus
kelemahan (Weakness) yang ada pada diri sendiri. Kita bisa lebih fokus
mengembangkan kelebihan kita sekaligus mencari cara memperbaiki sisi negatif
kita.
c) Memahami
orang lain dengan lebih baik, MBTI membantu memperbaiki hubungan dan cara
pandang kita terhadap orang lain. Kita bisa lebih memahami dan menerima
perbedaan. Tidak semua orang berfikir, bersikap dan berperilaku seperti cara
kita berperilaku. Jadi terimalah perbedaan yang ada.
2.
Tes wartegg
a.
Identifikasi
Tes Wartegg adalah tes kepribadian
yang bertujuan untuk memperoleh insight struktur kepribadian seseorang yang
dinyatakan dalam berbagai fungsi dasar kepribadian.Tes menggambar yang
diciptakan oleh Eurich Wartegg (1939) terdiri dari suatu seri gambar yang harus
dikerjakan testi, kemudian hasil pekerjaan tersebut dinilai dari sudut
diagnostik yakni ekspresi dan sifat proyektifnya.Kemampuan menggambar dan
latihan artistik oleh Wartegg ---pencipta tes ini --- nampaknya tidak begitu
atau sedikit pengaruhnya terhadap hasil akhir gambar testi.
Seri tes menggambar ini terdiri dari
delapan petak persegi berwarna putih dengan latar belakang bingkai tebal
berwarna hitam. Pada setiap petak terdapat gambar yang memberikan kesan
seolah-olah baru akan digambar yang disebut rangsang. Rangsang ini mempunyai
sifat khusus dan physiognomi sendiri serta kualitasnya terkandung di
dalam gestaltnya masing-masing.
Rangsangan-rangsangan tersebut
dibagi ke dalam dua kelompok yaitu rangsangan organis untuk petak 1, 2,
7, 8; dan rangsangan teknik konstruktif untuk petak 3, 4, 5, 6.Rangsangan-rangsangan
itu juga disebut kewanitaan(feminin) dan kejantanan (maskulin),
karena wanita lebih peka terhadap suasana organis emosional dan pria lebih ke
arah benda-benda materiil dan teknik. Selain itu juga dapat dinamakan rangsang dinamis
dan statis.
Tes
menyempurnakan gambar Wartegg ini dapat dimasukkan ke dalam jenis tes proyektif
atas dasar viri-ciri khas yang meliputi:
1. tugas yang
diberikan sampai pada taraf tertentu bersifat tak berstruktur yang sama,
sehingga memungkinkan kebebasan berekspresi dan menghasilkan banyak variasi
hasil pelaksanaan tugas.
2. tes tersamar
(disguished testing) artinya sampai pada penyelesaian tugasnya testi tidak
menyadari bagaimana sebenarnya hasil karyanya itu dirafsirkan.
3. pendekatan global
(global approach) artinya kepribadian diperiksa dan diteliti secara
keseluruhan.
b.
Aspek-aspek (dimensi) yang diungkap
Tes Wartegg
merupakan tes proyektif yang digunakan untuk mengungkapkan data-data mengenai
struktur kepribadian seseorang yang dinilai secara kuantitatif, maupun
kualitatif. Penilaian secara kuantitatif adalah dengan melihat sekor yang diperoleh dari 35 sifat
yang terdapat dalam gambar testi. Sedangkan penilaian kualitatif ditinjau dari
gambar-gambar testi dalam hubungan dengan rangsang, isi, dan cara
mengerjakannya.
Penilaian
secara kuantitatif dilakukan dengan mengisi tabel skoring tes Wartegg yang
diperoleh dari berbagai sifat delapan gambar itu. Hasil penjumlahan sekor tersebut
menggambarkan profil kepribadian yang meliputi :
1) Emosi terbuka(out
going)
2) Emosi
tertutup(seclusive)
3) Imajinasi
kreatif(creative)
4) Imajinasi
kombinatif(combinative)
5) Intelegensi praktis(
practical)
6) Intelegensi
spekulatif(speculative)
7) Aktivitas
dinamis(dynamic)
8) Aktivitas
terkontrol(controlled)
c.
Keuntungan dan kelemahan tes Wartegg
Keuntungan-keuntungan
yang terdapat pada tes ini ialah :
a.
bahan tes tidak mahal
b.
tes ini cepat dilakukan, dinilai dan
diinterpretasi (rata-rata 20 menit)
c.
dapat dilakukan sebagai tes kelompok
atau klasikal
d.
orang mudah menyatakan dirinya dan tes
ini pada umumnya
tidak
menimbulkan penolakan
e.
tes ini sebagai tes kepribadian yang
sedikit jumlahnya memungkinkan untuk memperoleh norma-norma secara empiris.
Kelemahan yang
terdapat dalam tes ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a.
Bahwa bagaimana pun juga hasil tes ini
sedikit banyak terpengaruh oleh keterampilan menggambar sebagaimana tes ini
dapat diamati kesan baik buruknya gambar. Hal ini dapat terjadi karena
menggambar merupakan bentuk keterampilan khusus hasil bakat dan latihan.
b.
Subjektivitas korektor pada waktu
memberikan skoring sangat mungkin terjadi, lebih-lebih pada korektor yang belum
berpengalaman. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena korektor diberi
kesempatan untuk memberikan sekor pada setiap sifat gambar mulai dari 0, ½, 1,
1 ½, 2, sampai dengan 3. Dengan demikian
untuk suatu gambar yang sama dapat disekor
berbeda oleh korektor yang berbeda.
Contoh tes wartegg
3.
EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
a. Idenitifikasi
Edwards Personal Preference Schedule
yang dikenal dengan singkatan EPPS ditujukan untuk mengungkap
kecenderungan-kecenderungan aatau kebutuhan-kebutuhan (needs) khusus yang
dimiliki seseorang. EPPS ini merupakan tes kepribadian yang bersifat
self-report inventory atau personality inventory, yang diciptakan oleh Allen L.
Edwards pada tahun 1953. Semula tes ini disusun untuk kepentingan clinical
psychology dan counseling. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya digunakan
untuk berbagai kepentingan.
Tes ini diberikan untuk orang dewasa
(minimal berpendidikan SLTA) dengan waktu penyajian antara 40-60 menit.Namun
jika sampai 60 menit tidak selesai, waktunya ditambah sampai seselesainya.Pada
prinsipnya testi harus menjawab semua item yang berjumlah 225, tanpa batasan
waktu ketat selama 60 menit.Jika tidak selesai menjawabnya, maka
hasil pekerjaan EPPS tidak dapat dianalisis dan diinterpretasi.
b. Material dan Instruksi EPPS
EPPS berbentuk
buku dan lembar jawaban yang terpisah Buku EPPS terdiri atas 225 pasang
pernyataan. Di muka setiap pernyataanؤpernyataan itu,
ada huruf 'A' untuk pernyataan pertama, dan huruf 'B' untuk pernyataan kedua.
Sebelum tes
dimulai testi diminta mengisi identitas dirinya pada bagian atas kertas lembar
jawaban yang terdiri atas nomor, nama, jenis kelamin, umur, pendidikan dan
tanggal pemeriksaan (pelaksanaan tes) serta nama pemeriksa. Sedangkan bagian kotak-kotak di bawah yang
berjumlah lima belas, serta bagian kanan yang berisi kolom-kolom di bawah huruf
r, c, s dan ss tidak boleh diisi. Bagian ini akan
diisi oleh pemeriksa.
Kepada testi
diminta untuk memilih satu pernyataan dari setiap pasangan pernyataan-pernyataan
itu yang dianggapnya paling sesuai untuk dirinya, dan bukan yang dianggap umum
atau wajar oleh masyarakat sekitarnya. Jawaban yang telah dipilih testi
dituliskan pada kertas jawaban yang telah disediakan, dengan cara melingkari
huruf 'A' atau 'B' yang menjadi pilihannya. Buku persoalan tidak boleh
dicoret-coret atau ditulisi sesuatu apapun.
Pada halaman
muka dari buku persoalan, terdapat petunjuk pelaksanaan tes. Bagian ini
merupakan instruksi tes. Tester memberikan instruksi seperti apa yang tercantum
di situ. Sebelum pelaksanaan tes, tester membacakan petunjuk tersebut dengan
baik dan jelas, yaitu dengan menerangkan isi petunjuk tersebut.
c. Kegunaan EPPS
Dalam
prakteknya EPPS sering kali digunakan untuk kepentingan diagnosis dalam bidang
:
1) Seleksi dan
Penempatan
Seleksi dan penempatan karyawan baik di
lingkungan instansi pemerintah maupun swasta, mempunyai nilai yang cukup
efektif dengan menggunakan EPPS. Karena dengan EPPS akan dapat diketahui
kecenderungan-kecenderungan pribadi testi untuk diterima atau ditempatkan pada
job yang sesuai dengan kepribadiannya. Misalnya untuk job kasir dibutuhkan
orang yang mempunyai needs of achievement, order dan endurance yang tinggi.
2) Bimbingan
Konseling
Berdasarkan data EPPS seorang guru
pembimbing dapat memberikan layanan bimbingan konseling, khususnya pada
kecenderungan kepribadian tertentu yang menonjol, baik negatif maupun positif.
Misalnya testi cenderung inkonsisten. Dari data ini bisa ditelusuri sebab-sebab
inkonsisten tersebut antara lain mungkin karena testi menolak rangsang (tidak
mau bekerja sama dengan orang lain/tester), testi tidak siap diberi tugas
(tidak integrated), ttesti ssuka mmenentang, testi sedang mengalami konflik,
dan testi tidak jujur.
Dari data yang telah diperoleh tersebut
guru pembimbing melakukan bantuan pemecahan masalah klien/testi.
3) Psikoterapi
Dengan melihat data EPPS terapis akan
dapat memberikan treatment yang sesuai dengan masalah yang muncul dari 15
kecenderungan kepribadian testi.
4) Riset Sumber
Daya Manusia
Untuk mengetahui kemampuan sumber daya
manusia dalam berbagai kepentingan, riset dengan menggunakan EPPS akan dapat
memberikan masukkan yang cukup lengkap tentang kecenderungan kepribadian
seseorang, yang pada saatnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan
menyalurkan ssumber ddaya manusia sesuai dengan tugas dan kewajiban yang
diberikan kepadanya.
d. Kelebihan dan Kelamahan EPPS
Sebagai suatu tes psikologis EPPS
mempunyai beberapa kelebihan antara lain :
1) Dapat mendeteksi tingkat
kejujuran testi yaitu dengan melihat tingkat konsistensinya. Hal ini dapat
diketahui dengan melihat jawaban atas item-item tertentu yang berpasangan
sebagaimana telah disebutkan ddi muka. Jawaban yang berbeda menunjukkan testi
tidak jujur (inconsistence).
2) Individu adalah orang yang
paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri. Dengan EPPS yang merupakan
self-report inventory, maka kita akan mendapatkan gambaran yang relatif benar
tentang kepribadian (kecenderungan kepribadian) testi. Individu
mempunyai kemampuan dan kesadaran untuk menyatakan keadaan dan penghayatannya menurut apa adanya.
3) Dalam pelaksanaannya tes ini
ternyata mampu mengungkap ada tidaknya sesuatu atribut pada kepribadian
seseorang dan apabila ada dapat pula diungkap seberapa besar kecenderungannya.
Selain kelebihan, EPPS juga mempunyai
beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu :
1)
Terikat budaya, Sebagai tes yang menggunakan bahasa, tes ini harus
diadaptasikan pemakaiannya.
2) Materinya yang
banyak akan menimbulkan kejenuhan pada testi.
3) Bagi korektor, prosedur
skoring tes ini melelahkan dan menjenuhkan.
4) Teknik interpretasi secara
teknis dan awam membutuhkan keterampilan yang tinggi dari interpreternya.
5)
Sering terjadi adanya pemalsuan jawaban testi baik yang bersifat faking good
maupun faking bad.
Faking good
merupakan kecenderungan testi untuk memilih pernyataan yang dianggap baik-baik
saja, walaupun itu tidak sesuai dengan dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya
jika tes dilakukan untuk seleksi penerimaan pegawai, promosi jabatan
diinginkan. Sebaliknya faking bad merupakan kecenderungan testi untuk memilih pernyataan
yang dianggap negatif, walaupun itu
tidak sesuai dengan dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya jika tes dilakukan
untuk seleksi wajib militer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar