Jumat, 01 April 2016

Tes Kepribadian



BAB II
PEMBAHASAN

A.                Pengertian tes kepribadian
1.    Pengertian tes
Tes (kata serapan yang berasal dari test) berakar dari kata bahasa latin testum, yaitu alat untuk mengukur tanah.  Dalam bahasa Prancis kuno kata test berarti ukuran yang digunakan untuk membedakan emas dan perak dalam logam-logam yang lain.
Dalam lapangan psikologi kata tes mula-mula digunakan oleh J.M Cattel pada tahun 1890, dan sejak itu semakin popular sebagai nama metode psikologis yang digunakan untuk menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu dari kepribadian individu.
Sampai sekarang belum ada keseragaman rumusan tentang apakah sebenarnya tes itu, sehingga para pakar pun memberikan batasan atau definisi yang bermacam-macam.
Menurut Sumadi Surjabrata Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan dan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standard atau testee yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa pokok pengertian:
a.         Tes adalah tugas atau serangkaian tugas yang berupa pertanyaan-pertanyaan dan atau perintah-perintah.
b.         Tes itu diberikan kepada testee (seseorang atau lebih).
c.         Perilaku testee dalam mengerjakan tes itu dibandingkan dengan sesuatu, yaitu standard atau tingkah laku testee lain.  Dengan demikian berarti diukur.
2.    Pengertian kepribadian
Kepribadian sering disebut juga personality. Istilah personality berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Sedangkan personality menurut Kartini Kartono adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.
3.    Pengertian tes kepribadian
Tes kepribadian merupakan tes berupa kuesioner atau instrumen standar lainnya yang didesain untuk mengungkapkan sifat-sifat, aspek-aspek, karakter maupun ciri-ciri kepribadian seseorang. Tes kepribadian bukan tes untuk menjawab pertanyaan mana yang benar dan mana yang salah. Jawaban tes peserta digunakan sebagai analisis untuk menghasilkan respon yang konon merupakan kepribadian dari peserta.

B.                 Sejarah tes kepribadian
Asal-muasal tes kepribadian dimulai sekitaran abad ke-18 dan ke-19. Pada waktu itu, kepribadian dinilai melalui frenologi (ilmu yang mempelajari hubungan tengkorak dengan karakter manusia), pengukuran tengkorak manusia, dan fisiognomi (ilmu membaca karakter seseorang melalui wajah).
Pada akhir abad ke-19, Sir Francis Galton mencoba pendekatan lain untuk menilai kepribadian seseorang. Galton memperkirakan jumlah kata sifat dalam kamus bahasa Inggris. Hal ini akhirnya disempurnakan oleh Thurstone menjadi 60 kata umum yang umum digunakan untuk mendeskripsikan sifat kala itu. Melalui analisis faktor tanggapan dari 1.300 peserta, Thurstone akhirnya berhasil mengurangi 60 kata sifat tersebut menjadi lima faktor umum.
Prosedur ini lalu dimanfaatkan oleh Raymond Cattell yang juga menghasilkan data yang pada akhirnya menunjukkan struktur lima faktor. Bekerja dengan para peneliti lainnya selama beberapa decade menghasilkan dukungan tambahan untuk struktur lima faktor. McCrae dan Costa mengoperasikan lima faktor kepribadian ke dalam ukuran yang disebut NEO-PI, yang merupakan salah satu jenis tes kepribadian yang populer hingga kini. Tes kepribadian lainnya yaitu Woodworth Personal Data Sheet yang dikembangkan untuk Perang Dunia I sebagai tes untuk wajib militer baru.

C.     Hakekat tes kepribadian
Tes kepribadian sering dibatasi sebagai tes yang bermaksud mengukur dan menilai aspek-aspek non kognitif, artinya aspek-aspek yang bukan abilitas dan ‘kepribadian’ manusia. Aspek non kognitif ini sesuai dengan analisis faktor banyak jumlahnya. Akan tetapi dalam konteks tes kepribadian cukup dibatasi pada aspek pokok yang meliputi motivasi, emosi, dan hubungan sosial.
Tes kepribadian sebenarnya berusaha mengungkap kehidupan testitif seseorang dalam menghayati emosi,  hubungan sosial, dan motivasinya. Dalam mengungkapkan kehidupan testitif dan ciri-ciri khusus kepribadian ini, agar testi dapat mengekspresikan kehidupan batinnya dan memperoleh hasil yang dapat dipercaya, maka seringkali dalam tes kepribadian itu ada kecenderungan menyembunyikan tujuan yang sebenarnya (disguished-testing). Dengan demikian testi tidak mengerti maksud apakah di balik pertanyaan, tugas, atau pernyataan yang harus ditanggapinya, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali mengungkapkan kehidupan testitifnya dalam derajat kejujuran tertentu.
Tes kepribadian mencakup dua macam teknik, yaitu teknik self-reprot inventory, dan teknik proyektif. Self-report inventory bersifat “melaporkan keadaan diri sendiri” mengenai kehidupan testitif seseorang. Teknik ini disebut berasumsi bahwa individulah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri dan individu itu mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk menyatakan keadaan dan penghayatannya menurut apa adanya.  Maka tes kepribadian yang menggunakan teknik ini biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan yang meminta tanggapan/respon dari testee yang jujur. Di antara model tes yang termasuk dalam self-report inventory adalah Woodworth Personal Data Sheet (PDS), Edwards Personal Preference Schedule (EPPS), Kuder Preference Record Vocational (KPRV), Rothwell Miller Inventory Blank (RMIB), dan Tes Minat Belajar.
Kelemahan teknik ini adalah :
a.       Terjadinya pemalsuan jawaban
b.      Testee memberikan respon dalam cara yang menurutnya dikehendaki oleh masyarakat.
c.         Subjek memberikan respon menurut kebiasaannya.
d.       Subjek memberikan respon yang ekstrim.

Berbeda dengan teknik inventory yang bersifat terstruktur, maka teknik proyektif bersifat tidak terstruktur, sehingga memungkinkan variasi respon dan seolah-olah membiarkan kehidupan khayal individu bergerak sebebas mungkin. Salah satu ciri khas teknik proyektif adalah bahwa struktur tes diberikan secara singkat dan seumum mungkin, sehingga testi menafsirkan sesuai keinginan-keinginannya dalam memberi struktur pada situasi yang diamatinya. Dengan demikian seolah-olah materi yang disajikan dalam tes proyeksi merupakan layar terhadap mana pikiran, emosi, aspirasi kehidupan pribadi, sosial serta motivasi seseorang dipantulkan (diproyeksikan). Teknik proyektif memakai asumsi bahwa jika individu dihadapkan pada suatu rangsangan yang kurang kurang atau tidak jelas strukturnya maka ia akan terpaksa member struktur pada rangsang tersebut agar dapat memberikan makna.  Sehingga dengan demikian secara tidak sengaja ia memproyeksikan perasaannya dan isi batinnya.  Berdasarkan isi proyeksi tersebut tester dapat menginterpretasikan kepribadian testee. Di antara tes yang termasuk ke dalam tes proyeksi adalah tes Rorschach, Thematic Apperception Test (TAT), Wartegg, tes Permainan.
Kelemahan teknik ini adalah :
a.       Kemungkinan adanya pemalsuan respon.
b.       Obyektivitas yang kurang memadahi.
c.       Tidak adanya norma yang mantap.
d.      Reliabilitas yang rendah.
e.       Validitas yang kurang shahih.

D.    Jenis tes yang biasa digunakan
Membaca kepribadian adalah ilmu yang sangat menarik. Sebab kita secara alami tertarik pada diri sendiri. Selain itu, kita juga tertarik dengan hubungan sosial dengan orang lain, minimal dengan pasangan kita. Mungkin kita pernah mendengar tipe-tipe kepribadian seperti kholeris, sanguinis, melankolis & phlegmatis. Tipologi kepribadian tersebut dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno bernama Hipokrates yang kemudian dilanjutkan oleh Claudius Galen. Ilmu membaca kepribadian seseorang memang bukan hal baru dan sudah dikembangkan beratus-ratus tahun lamanya. Namun, sampai hari ini belum ada teori maupun alat (tes) yang bisa menjelaskan 100% akurat mengenai kepribadian dan perilaku seseorang. Sebab manusia itu unik. Hampir tidak ada manusia yang sama satu sama lain, walaupun mereka kembar identik.
Terdapat berbagai macam jenis tes kepribadian, namun yang umum digunakan yaitu :
1.         Tes MBTI (Myer Briggs Type Indicator)
MBTI dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya yang bernama Isabel Briggs Myers berdasarkan teori kepribadian dari Carl Gustav Jung.
MBTI bersandar pada empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis). Walaupun berlawanan sebetulnya kita memiliki semuanya, hanya saja kita lebih cenderung / nyaman pada salah satu arah tertentu. Seperti es krim dan coklat panas, mungkin kita mau dua-duanya tetapi cenderung lebih menyukai salah satunya. Masing-masing ada sisi positifnya tapi ada pula sisi negatifnya. Nah, seperti itu pula dalam skala kecenderungan MBTI. Berikut empat skala kecenderungan MBTI;
a)             Extrovert (E) vs. Introvert (I). Dimensi EI melihat orientasi energi kita ke dalam atau ke luar. Ekstrovert artinya tipe pribadi yang suka dunia luar. Mereka suka bergaul, menyenangi interaksi sosial, beraktifitas dengan orang lain, serta berfokus pada dunia luar dan action oriented. Mereka bagus dalam hal berurusan dengan orang dan hal operasional. Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka yang suka dunia dalam (diri sendiri). Mereka senang menyendiri, merenung, membaca, menulis dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang.  Mereka mampu bekerja sendiri, penuh konsentrasi dan focus. Mereka bagus dalam pengolahan data secara internal.

b)            Sensing (S) vs. Intuition (N). Dimensi SN melihat bagaimana individu memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkrit, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Mereka menggunakan pedoman pengalaman dan data konkrit serta memilih cara-cara yang sudah terbukti. Mereka fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki sekarang). Mereka bagus dalam perencanaan teknis dan detail aplikatif. Sementara tipe intuition memproses data dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi, memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka inovatif, penuh inspirasi dan ide unik. Mereka bagus dalam penyusunan konsep, ide, dan visi jangka panjang.
c)             Thinking (T) vs. Feeling (F). Dimensi ketiga melihat bagaimana orang mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Mereka cenderung berorientasi pada tugas dan objektif. Terkesan kaku dan keras kepala. Mereka menerapkan prinsip dengan konsisten. Bagus dalam melakukan analisa dan menjaga prosedur/standar. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan harmoni. Bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
d)            Judging (J) vs. Perceiving (P).Dimensi terakhir melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging di sini bukan berarti judgemental (menghakimi). Judging diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur (tidak melompat-lompat). Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan. Mereka ingin merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana itu.  Mereka bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, spontan, adaptif, dan bertindak secara acak untuk melihat beragam peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak masalah dan ketidakpastian membuat mereka bergairah. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak.
·       Manfaat MBTI
a)      Bimbingan dan konseling, MBTI sangat berguna di dunia pendidikan dan pengembangan karir. MBTI bisa digunakan sebagai panduan untuk memilih jurusan kuliah sampai dengan profesi yang cocok dengan kepribadian.
b)      Pengembangan Diri, Dengan MBTI kita bisa memahami kelebihan (Strength) diri kita sekaligus kelemahan (Weakness) yang ada pada diri sendiri. Kita bisa lebih fokus mengembangkan kelebihan kita sekaligus mencari cara memperbaiki sisi negatif kita.
c)      Memahami orang lain dengan lebih baik, MBTI membantu memperbaiki hubungan dan cara pandang kita terhadap orang lain. Kita bisa lebih memahami dan menerima perbedaan. Tidak semua orang berfikir, bersikap dan berperilaku seperti cara kita berperilaku. Jadi terimalah perbedaan yang ada.
2.         Tes wartegg
a.       Identifikasi
Tes Wartegg adalah tes kepribadian yang bertujuan untuk memperoleh insight struktur kepribadian seseorang yang dinyatakan dalam berbagai fungsi dasar kepribadian.Tes menggambar yang diciptakan oleh Eurich Wartegg (1939) terdiri dari suatu seri gambar yang harus dikerjakan testi, kemudian hasil pekerjaan tersebut dinilai dari sudut diagnostik yakni ekspresi dan sifat proyektifnya.Kemampuan menggambar dan latihan artistik oleh Wartegg ---pencipta tes ini --- nampaknya tidak begitu atau sedikit pengaruhnya terhadap hasil akhir gambar testi.
Seri tes menggambar ini terdiri dari delapan petak persegi berwarna putih dengan latar belakang bingkai tebal berwarna hitam. Pada setiap petak terdapat gambar yang memberikan kesan seolah-olah baru akan digambar yang disebut rangsang. Rangsang ini mempunyai sifat khusus dan physiognomi sendiri serta kualitasnya terkandung di dalam gestaltnya masing-masing.
Rangsangan-rangsangan tersebut dibagi ke dalam dua kelompok yaitu rangsangan organis untuk petak 1, 2, 7, 8; dan rangsangan teknik konstruktif untuk petak 3, 4, 5, 6.Rangsangan-rangsangan itu juga disebut kewanitaan(feminin) dan kejantanan (maskulin), karena wanita lebih peka terhadap suasana organis emosional dan pria lebih ke arah benda-benda materiil dan teknik. Selain itu juga dapat dinamakan rangsang dinamis dan statis.
Tes menyempurnakan gambar Wartegg ini dapat dimasukkan ke dalam jenis tes proyektif atas dasar viri-ciri khas yang meliputi:
1.    tugas yang diberikan sampai pada taraf tertentu bersifat tak berstruktur yang sama, sehingga memungkinkan kebebasan berekspresi dan menghasilkan banyak variasi hasil pelaksanaan tugas.
2.    tes tersamar (disguished testing) artinya sampai pada penyelesaian tugasnya testi tidak menyadari bagaimana sebenarnya hasil karyanya itu dirafsirkan.
3.    pendekatan global (global approach) artinya kepribadian diperiksa dan diteliti secara keseluruhan.


b.    Aspek-aspek (dimensi) yang diungkap
Tes Wartegg merupakan tes proyektif yang digunakan untuk mengungkapkan data-data mengenai struktur kepribadian seseorang yang dinilai secara kuantitatif, maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif adalah dengan  melihat sekor yang diperoleh dari 35 sifat yang terdapat dalam gambar testi. Sedangkan penilaian kualitatif ditinjau dari gambar-gambar testi dalam hubungan dengan rangsang, isi, dan cara mengerjakannya.
Penilaian secara kuantitatif dilakukan dengan mengisi tabel skoring tes Wartegg yang diperoleh dari berbagai sifat delapan gambar itu. Hasil penjumlahan sekor tersebut menggambarkan profil kepribadian yang meliputi :
1)   Emosi terbuka(out going)
2)   Emosi tertutup(seclusive)
3)   Imajinasi kreatif(creative)
4)   Imajinasi kombinatif(combinative)    
5)   Intelegensi praktis( practical)
6)   Intelegensi spekulatif(speculative) 
7)   Aktivitas dinamis(dynamic)
8)   Aktivitas terkontrol(controlled)
c.    Keuntungan dan kelemahan tes Wartegg
    Keuntungan-keuntungan yang terdapat pada tes ini ialah :
a.       bahan tes tidak mahal
b.      tes ini cepat dilakukan, dinilai dan diinterpretasi (rata-rata 20 menit)
c.       dapat dilakukan sebagai tes kelompok atau klasikal
d.      orang mudah menyatakan dirinya dan tes ini pada umumnya tidak menimbulkan penolakan
e.       tes ini sebagai tes kepribadian yang sedikit jumlahnya memungkinkan untuk memperoleh norma-norma secara empiris.
Kelemahan yang terdapat dalam tes ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a.       Bahwa bagaimana pun juga hasil tes ini sedikit banyak terpengaruh oleh keterampilan menggambar sebagaimana tes ini dapat diamati kesan baik buruknya gambar. Hal ini dapat terjadi karena menggambar merupakan bentuk keterampilan khusus hasil bakat dan latihan.
b.      Subjektivitas korektor pada waktu memberikan skoring sangat mungkin terjadi, lebih-lebih pada korektor yang belum berpengalaman. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena korektor diberi kesempatan untuk memberikan sekor pada setiap sifat gambar mulai dari 0, ½, 1, 1 ½, 2,  sampai dengan 3. Dengan demikian untuk suatu gambar yang sama dapat disekor  berbeda oleh korektor yang berbeda.
Contoh tes wartegg
3.         EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
a.       Idenitifikasi
Edwards Personal Preference Schedule yang dikenal dengan singkatan EPPS ditujukan untuk mengungkap kecenderungan-kecen­derungan aatau kebutuhan-kebutuhan (needs) khusus yang dimiliki seseorang. EPPS ini merupakan tes kepribadian yang bersifat self-report inventory atau personality inventory, yang diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953. Semula tes ini disusun untuk kepentingan clinical psychology dan counseling. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya digunakan untuk berbagai kepentingan.
Tes ini diberikan untuk orang dewasa (minimal berpendidikan SLTA) dengan waktu penyajian antara 40-60 menit.Namun jika sampai 60 menit tidak selesai, waktunya ditambah sampai seselesainya.Pada prinsipnya testi harus menjawab semua item yang berjumlah 225, tanpa batasan waktu ketat selama 60 menit.Jika tidak selesai menjawabnya, maka hasil pekerjaan EPPS tidak dapat dianalisis dan diinterpretasi.
b.      Material dan Instruksi EPPS
EPPS berbentuk buku dan lembar jawaban yang terpisah Buku EPPS terdiri atas 225 pasang pernyataan. Di muka setiap pernya­taanؤpernyataan itu, ada huruf 'A' untuk pernyataan pertama, dan huruf 'B' untuk pernyataan kedua.
Sebelum tes dimulai testi diminta mengisi identitas dirinya pada bagian atas kertas lembar jawaban yang terdiri atas nomor, nama, jenis kelamin, umur, pendidikan dan tanggal pemeriksaan (pelaksanaan tes) serta nama pemeriksa.  Sedangkan bagian kotak-kotak di bawah yang berjumlah lima belas, serta bagian kanan yang berisi kolom-kolom di bawah huruf r, c, s dan ss tidak boleh diisi. Bagian ini akan diisi oleh pemerik­sa.
Kepada testi diminta untuk memilih satu pernyataan dari setiap pasangan pernyataan-pernyataan itu yang dianggapnya paling sesuai untuk dirinya, dan bukan yang dianggap umum atau wajar oleh masyarakat sekitarnya. Jawaban yang telah dipilih testi dituliskan pada kertas jawaban yang telah disediakan, dengan cara melingkari huruf 'A' atau 'B' yang menjadi pilihannya. Buku persoalan tidak boleh dicoret-coret atau ditulisi sesuatu apapun.


Pada halaman muka dari buku persoalan, terdapat petunjuk pelaksanaan tes. Bagian ini merupakan instruksi tes. Tester memberikan instruksi seperti apa yang tercantum di situ. Sebelum pelaksanaan tes, tester membacakan petunjuk tersebut dengan baik dan jelas, yaitu dengan menerangkan isi petunjuk tersebut.
c.       Kegunaan EPPS
Dalam prakteknya EPPS sering kali digunakan untuk kepentin­gan diagnosis dalam bidang :
1)      Seleksi dan Penempatan
Seleksi dan penempatan karyawan baik di lingkungan instansi pemerintah maupun swasta, mempunyai nilai yang cukup efektif dengan menggunakan EPPS. Karena dengan EPPS akan dapat diketahui kecenderungan-kecenderungan pribadi testi untuk diterima atau ditempatkan pada job yang sesuai dengan kepribadiannya. Misalnya untuk job kasir dibutuhkan orang yang mempunyai needs of achievement, order dan endurance yang tinggi.
2)      Bimbingan Konseling
Berdasarkan data EPPS seorang guru pembimbing dapat memberikan layanan bimbingan konseling, khususnya pada kecenderungan kepribadian tertentu yang menonjol, baik negatif maupun positif. Misalnya testi cenderung inkonsisten. Dari data ini bisa ditelusuri sebab-sebab inkon­sisten tersebut antara lain mungkin karena testi menolak rangsang (tidak mau bekerja sama dengan orang lain/tester), testi tidak siap diberi tugas (tidak in­tegrated), ttesti ssuka mmenentang, testi sedang mengalami konflik, dan testi tidak jujur.
Dari data yang telah diperoleh tersebut guru pembimbing melakukan bantuan pemecahan masalah klien/testi.


3)      Psikoterapi
Dengan melihat data EPPS terapis akan dapat memberikan treatment yang sesuai dengan masalah yang muncul dari 15 kecenderungan kepribadian testi.
4)      Riset Sumber Daya Manusia
Untuk mengetahui kemampuan sumber daya manusia dalam berbagai kepentingan, riset dengan menggunakan EPPS akan dapat memberikan masukkan yang cukup lengkap tentang kecenderungan kepribadian seseorang, yang pada saatnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas dan menya­lurkan ssumber ddaya manusia sesuai dengan tugas dan kewaji­ban yang diberikan kepadanya.
d.      Kelebihan dan Kelamahan EPPS
Sebagai suatu tes psikologis EPPS mempunyai beberapa kelebi­han antara lain :
1)     Dapat mendeteksi tingkat kejujuran testi yaitu dengan melihat tingkat konsistensinya. Hal ini dapat diketahui dengan melihat jawaban atas item-item tertentu yang berpasangan sebagaimana telah disebut­kan ddi muka. Jawaban yang berbeda menunjukkan testi tidak jujur (inconsistence).
2)     Individu adalah orang yang paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri. Dengan EPPS yang merupakan self-report inventory, maka kita akan mendapatkan gambaran yang relatif benar tentang kepribadian (kecenderungan kepribadian) testi. Individu mempunyai kemampuan dan kesadaran untuk menyatakan keadaan  dan penghayatannya menurut apa adanya.
3)     Dalam pelaksanaannya tes ini ternyata mampu mengungkap ada tidaknya sesuatu atribut pada kepribadian seseorang dan apabila ada dapat pula diungkap seberapa besar kecenderungannya.
Selain kelebihan, EPPS juga mempunyai beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu :
1)  Terikat budaya, Sebagai tes yang menggunakan bahasa, tes ini harus diadaptasikan pemakaiannya.
2)   Materinya yang banyak akan menimbulkan kejenuhan pada testi.
3)     Bagi korektor, prosedur skoring tes ini melelahkan dan menjenuhkan.
4)     Teknik interpretasi secara teknis dan awam membutuhkan keterampilan yang tinggi dari interpreternya.
5)     Sering terjadi adanya pemalsuan jawaban testi baik yang bersifat faking good maupun faking bad. Faking good merupakan kecenderungan testi untuk memilih pernyataan yang dianggap baik-baik saja, walaupun itu tidak sesuai dengan dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya jika tes dilakukan untuk seleksi penerimaan pegawai, promosi jabatan diinginkan. Sebaliknya faking bad merupakan kecenderungan testi untuk memilih pernyataan yang dianggap  negatif, walaupun itu tidak sesuai dengan dirinya (kata hatinya). Hal ini misalnya jika tes dilakukan untuk seleksi wajib militer.